A.
TEKNIK ATTENDING (PERHATIAN)
1.
Definisi Teknik Attending (Perhatian)
Supriyo dan Mulawarman
(2006:19) menjelaskan bahwa attending
adalah keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan
perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang
kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa
saja ynag ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Senada dengan
hal tersebut, Hariastuti ( 2007:27) menjelaskan bahwa attending merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian
secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling.
Sofyan Willis (2004 :176) mengemukakan bahwa
perilaku attanding dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang
menampakkan komponen – komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan, dan kontak
mata. Hutahuruk dan Pibradi (1984:3)
menjelaskan bahwa attending yang baik
merupakan suatu komponen yang diperlukakan dalam komunikasi yang baik. Perilaku
attending yang baik mendemonstrasikan
kepada klien bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi dan konselor tertarik
terhadap apa yang dikatakan oleh konseli.
Berdasarkan dari pendapat
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa attending
merupakan komunikasi nonverbal yang menunjukkan bahwa konselor memberikan
perhatian secara utuh terhadap lawan bicara yang sedang berbicara (klien).
Keterampilan attending yaitu
keterampilan tampil sebagai pribadi yang utuh dan memberikan perhatian penuh
kepada klien sebagaimana adanya, agar klien dapat mengembangkan diri,
mengeksplorasi dirinya dengan bebas.
2.
Tujuan Attending
Menurut Sofyan Willis (2004:
176), perilaku attending yang
ditampilkan akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu:
a.
Meningkatkan harga
diri klien, sebab sikap dan perilaku attending
memungkinkan konselor meghargai konseli.
b.
Dengan perilaku attending menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada
oarang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi
secara emosional.
c.
Perilaku attending memberikan keyakinan kepada
klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati
dan perasaannya.
Supriyo dan Mulawarman
(2006:19) menjelaskan bahwa tujuan dari teknik attending adalah agar klien merasa dihargai dan terbina suasana
yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa
saja yang ada dalam pikiran, perasaan,ataupun tingkah lakunya.
Hutahuruk dan Pibradi (1984:3)
menyebutkan tujuan dari teknik attending
adalah untuk membangkitkan harga diri klien, membangkitkan suasana yang aman
sehingga melancarkan ekspresi bebas tentang apa saja yang muncul dibenak klien.
Berdasarkan dari hal diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik attending adalah untuk meningkatkan harga diri klien, menciptakan
suasana aman, dan memberikan kenyakinan klien untuk dapat mengungkapkan tentang
dirinya secara terbuka.
3.
Manfaat/ Fungsi Attending
Supriyo dan Mulawarman
(2007:27) menyatakan bahwa fungsi dari attending
yaitu untuk memusatkan perhatian pada klien. Disamping itu, fungsi utama dari
teknik attending adalah untuk
mendorong klien agar mau berbicara dengan bebas dan terbuka. Attending juga bermanfaat agar konseli
merasa dihargai dan terbina secara kondusif (Sofyan Willis, 2004:176)
Dari beberapa fungsi diatas
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah membuka proses konseling serta konselor dapat
memfokuskan perhatiannya terpusat pada klien untuk mendorog klien bersedia
berbicara secara bebas dan terbuka.
4.
Bentuk dan Cara Melakukan Teknik Attending
Menurut Hutauruk & Pribadi (1984: 3) bahwa teknik attending meliputi:
a.
Posisi badan (
termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka):
1)
Posisi badan yang
baik, mencakup:
a)
Duduk dengan badan menghadap
klien
b)
Tangan diatas
pangkuan atau berpegang bebas atau kadang – kadang digunakan untuk menunjukkan
gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
c)
Responsif dengan
menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai
persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti.
d)
Badan tegak lurus
tanpa kaku dan sekali – kali condong kearah klien untuk menunjukkan kebersamaan
dengannya.
2)
Posisi badan yang
tidak baik mencakup:
a)
Duduk dengan badan
dan kepala membungkuk menghadap klien.
b)
Duduk dengan sangat
kaku.
c)
Gelisah atau tidak
tenang (resah)
d)
Mempergunakan
tangan, kertas, dan kuku tangan.
e)
Sama sekali tanpa
gerak isyarat.
f)
Selalu memukul –
mukul dan menggerakkan tangan dan lengan.
g)
Wajah tidak
menunjukkan perasaan.
h)
Terlalu banyak
tersenyum, kerutan dahi atau anggukan kepala tidak berarti.
b.
Kontak Mata
1)
Kontak mata yang
baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor
dan sebaliknya.
2)
Kota mata yang
jelek mencakup:
a)
Tidak pernah melihat
klien.
b)
Menatap klien untuk
secara konstan dan tidak memberi
kesempatan klien untuk membalas tatapan.
c)
Mengalihkan
pandangan dari klien segera sesudah klien melihat kepada konselor.
c.
Mendengarkan
1)
Cara mendengarkan
yang baik mencakup:
a)
Memelihara perhatian
penuh dengan terpusat kepada klien.
b)
Mendengarkan segala
sesuatu yang dikatakan klien.
c)
Mendengarkan
keseluruhan pribadi klien ( kata – katanya, perasaan dan perilakunya) dan
memahami seluruh pesannya.
d)
Mengarahkan apa
yang konselor katakan terhadap apa yng telah dikatakan oleh klien.
2)
Cara mendengarkan
yang jelek mencakup:
a)
Memungkinkan
konselor sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan diluar pandangan
klien.
b)
Mengajukan
pertimbangan – pertimbangan tentang pribadi klien sebelum mendengarkan semua
pesan klien.
c)
Merumuskan suatu
respon terhadap klien sebelum klien mengakhiri pesannya.
d)
Melompat – lompat
dari topik yang satu ke topik yang lain.
5.
Contoh Penggunaan
Teknik Attending
Konseli
: Assalamua’alaikum, siang Bu!
Konselor :
Walaikumsalam, siang mbak Fishy! Silahkan duduk! ( sambil berjabat tangan dan
mempersilahkan duduk)
Konseli :
Bu, maaf yah siang – siang mengganggu Ibu.
Konselor :
ahh...tidak apa – apa mbak Fishy. Bagaimana kabarnya mbak? (dengan tersenyum
dan memulai percakapan)
Konseli :
Alhamdulliah baik Bu.
Konselor :
syukurlah kalau begitu, bagaimana kuliahnya?
Konseli :
alhamdulillah lancar – lancar saja Bu.
B.
TEKNIK OPENING
(PEMBUKAAN)
1.
Definisi Teknik Opening
(Pembukaan)
Opening adalah teknik
dasar untuk mengawali hubungan atau melakuakn wawancara koseling. Supriyo dan
Mulawarman (2006:21) menjelaskan bahwa opening
(pembukaan) adalah keterampilan untuk membuka atau memulai, atau mengkomunikasi hubungan konseling.
2.
Tujuan Teknik Opening
Tujuan dari teknik opening
adalah:
a.
Membina hubungan
baik antara klien dan konselor
b.
Memperoleh
kepercayaan dari klien.
c.
Memberikan
penghargaan kepada klien.
d.
Klien dapat bebas
dan nyaman serta terbuka dalam mengungkapkan masalah.
3.
Manfaat Teknik Opening
Manfaat dari teknik opening ini adalah terjalinnya hubungan
yang baik antara konselor dengan klien. Sehingga dengan terjalinnya hubungan
tersebut, klien menjadi semakin percaya dengan konselor serta dalam
mengungkapkan masalah – masalah yang dihadapi oleh klien, klien lebih merasa aman
dan nyaman.
4.
Bentuk Teknik Opening
Bahwa beberapa
hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah
penyambutan, inisiasi pembicaraan,
dan transisi pembicaraan.
a. Penyambutan
1) Non
Verbal
a) menghentikan
aktivitas,
b) membuka
pintu atau menjemput,
c) jabat
tangan atau senyum,
d) isyarat meyilahkan masuk,
e) menutup pintu,
f) mendampingi
konseling masuk,
g) memegang
tangan atau memegang pundak (bila diperlukan
dan tidak riskan atau ada hambatan nilai),
h) isyarat
mempersilahkan duduk,dan
memilih tempat duduk.
2) Verbal
a) memberi
salam atau menjawab salam,
b) menyambut
nama,
c) pujian
atas kedatangan konseli,
d) menanyakan
kabar,
e) menyilahkan
memilih tempat duduk,
Kesemuanya
tersebut dilakukan untuk :



b. Inisiasi
Pembicaraan
1)
Topic netral adalah
bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan klien/
Misalnya: hobi,
peristiwa hangat, kondisi cuaca, potensi asal lingkungan konseli
Contoh: ”apakah
anda nyaman denagn keadaan ruang yang seperti ini?”
2) Kegiatan
dalam kaitan denagn kelonggaran kehadiaran
Contoh: “ apakah saat
ini anda tidak ada latihan ekstra?”
Kesemuanya ini dilakukan untuk:



c. Transisi
Pembicaraan
Transisi pembicaraan yang dimaksudkan adalah perpindahan
dari topik netral ke permulaan konseling.
Cara perpindahan topik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat “ jembatan’’ misalnya :
“
setelah kita membicarakan ......(isi topik netral), barangkali ada sesuatu hal
yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini ’’
2) Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya:
“ itu tadi
hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasi dalam perkuliahan? ’’
Catatan penting:









5.
Contoh Penggunaan Teknik Opening
Klien : selamat siang Buk...
Konselor :
selamat siang mbak Cloudy . silakan duduk mbak! ( berjabat tangan dan mempersilakan untuk duduk)
Klien :
sebelumnya maaf lho Ibu, siang – siang saya mengganggu ibu.
Konselor :
owalah....tidak apa – apa mbak Cloudy. Bagaimana kabarnya mbak? ( memulai
membuka percakapan dan dengan wajah yang berseri – seri)
C.
TEKNIK ACCEPTANCE
(PENERIMAAN)
1.
Definisi Teknik Acceptance
(Penerimaan)
Supriyo dan Mulawarman
(2006:23) mengungkapkan bahwa acceptance
(penerimaan) dalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan
pemahaman terhadap hal - hal yang
dikemukakan klien.
Acceptance merupakan teknik yang digunakan
konselor unluk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang
dikemukakan konseli. Acceptance atau penerimaan artinya menerima
apa adanya, menerima pribadi klien sebagai suatu keseluruhan.Sebaliknya
membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi kepribadian atau
kelakuan seorang klien, bukan merupakan bentuk penerimaan.
2.
Tujuan Teknik Acceptance
Tujuan dari teknik acceptence ini adalah:
a.
Menunjukkan
kedekatan daripada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati
konselor
b.
Klien merasa
dihargai dan diterima keberadaannya.
3.
Manfaat Teknik Acceptance
Manfaat teknik acceptence adalah untuk membangun hubungan
lebih dekat konseli sehingga tercipta suasana hubungan yang akrab ditandai
dengan saling mempercayai.
4.
Bentuk Teknik Acceptance
Menurut Supriyo dan Mulawarman
(2006:23) mengungkapkan bahwa ada dua bentuk acceptence, yaitu:
a.
Verbal
1)
Bentuk pendek
a)
Oh.....ya,
b)
Lalu/kemudian,
c)
Ya....ya....
d)
Hemm.....hemm....
2)
Bentuk Panjang
a)
Saya memahami.....
b)
Saya menghayati....
c)
Saya dapat
merasakan.....
d)
Saya dapat
mengerti...
b.
Non Verbal
1)
Anggukan kepala,
2)
Posisi duduk
condong kedepan
3)
Perubahan mimik,
4)
Memelihara kontak
mata
5.
Contoh Pengguaan Teknik Acceptence
Konseli : Bu,
saya galau setelah yudisium. IP saya turun drastis buk.
Konselor :
iya...(sambil mengangguk anggukan kepala) saya dapat memahami perasan
Mbak Angel.
Konseli : bagaimana saya tidak galau buk, IP
saya turun 0,5 buk. Benar – benar sungguh menyedihkan.
Konselor :
(konselor mengangguk anggukan kepala dan memandangi konseli) hemm....hemmm...
D.
TEKNIK RESTATEMENT ( PENGULANGAN)
1.
Definisi Teknik Restatement
(Pengulangan)
Supriyo dan Mulawarman (2006:
23-24) mengungkapkan bahwa restatement (pengulangan kembali) adalah teknik yang
digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan klien
(sebagian atau seluruhnnya) yang dianggap penting.
Setiap klien menceritakan
masalahnya (setiap bagian topik) , sebaiknya langsung di restatement. Jadi
tidak menunggu klien selesai bercerita. Karena konselor tidak memungkinkan
untuk menulis, dan tidak mungkin konselor mengingat semua perkataan klien.
Restatement sebagian inti dari pernyataan klien.
2.
Tujuan Teknik Restatement (Pengulangan)
Tujuan dari teknik Restatement adalah:
a.
Untuk mengecek
persepsi konselor itu sendiri
b.
Untuk menyakinkan
bahwa konselor mengerti apa yang
digambarkan konseli
c.
Untuk
merealisasaikan komentar konseli dengan mengulang apa yang telah konseli
katakan dalam cara- cara yang lebih tepat.
d.
Menemukan inti dari
masalah
3.
Fungsi / manfaat Teknik Restatement
Fungsi atau manfaat dari teknik
Restatement adalah dapat digunakan
untuk memberikan umpan balik kepada isi dari pernyataan konseli dengan kata-
kata yang berbeda. Teknik ini dapat digunakan pada sesi tengah pada saat
melakukan konseling atau kondisional menyesuaikan ungkapan kata – kat adari
klien.
4.
Cara Melakukan Teknik Restatement
Menurut Supriyo & Mulawarman ( 2006: 24) cara
melakukan restatement adalah :
a.
Pengulangan harus
persis sama dengan pernyataan klien, tidak boleh nambah atau menguranginya.
b.
Intonasi konselor
hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan klien.
5.
Contoh Penggunaan Teknik Restatement
Konseli : Bu, saya
bingung. Saya sudah punya pacar Bu, tatapi orang tua saya tidak merestui
hubungan saya. Malahan orang tua saya ingin menjodohkan saya dengan anak
temannya.
Konselor : orang
tua anda tidak merestui hubungan anda...
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan Lutfi, Nur Hidayah dan
M. Ramli. 2008. Teknik – Teknik
Komunikasi Untuk Konselor. Malang :UPT UNM.
Hariastuti, Retno Tri dan Eko
Darminto. 2007. Ketrampilan – ketrampilan
Dasar Dalam Konseling. Surabaya : Unesa University Press.
Hutauruk, Toga dan Pribadi, S.
1984. Konseling Mikro. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling. Semarang:
Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES.
Willis, Sofyan S.
2004. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.
salam hormat dari mahasiswa bimbingan dan konseling Universitas Tadulako. semoga sukses selalu ya.
BalasHapusTerima kasih, tulisan Anda sangat membantu, saya mahasiswa bimbingan Dan konseling Universitas Jambi, mohon penjelasan lg tentang Teknik Dasar Komunikasi "sharing of Experience".. Selamat sore.. Semoga sukses selalu...
BalasHapusterimakasih
BalasHapusbuku Supriyo dan Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling, di jual ya?
BalasHapusTerima kasih tulisan ini sangat membantu, semoga panjang umur sehat selalu.
BalasHapusSalam sahabat dari mahasiswa UINSU Medan
Terima kasih tulisan ini sangat membantu, semoga panjang umur sehat selalu.
BalasHapusSalam sahabat dari mahasiswa UINSU Medan