MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL
MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi sosial adalah
hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang - perorangan,
antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia. Dengan kata lain interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok.
Dalam interaksi sosial
ada faktor – faktor yang mempengaruhi, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati dan empati. Faktor – faktor ini bisa memperlemah dan memperkuat
hubungan interaksi sosial antara individu ynag satu dengan individu yang lain.
Dalam kehidupan sehari – hari kita bisa kita temui bahwa tidak semua orang
mempunyai hubungan interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya. Kadang
mereka malahan mempunyai interaksi sosial yang sangat rendah.
Redahnya interaksi
sosial ini akan menghambat kita dalam proses sosialisasi dengan orang lain.
Kita akan cenderung menjadi orang yang lebih tertutup dan individualis dari
pada yang sosialis. Rendahanya motivasi ini harus segera diatasi, atau bisa
ditingkatkan. Yaitu salah satunya melalui konseling kelompok.
Konseling kelompok
adalah salah satu layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi dan pembahasan & pemecahan
masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut. Dalam
konseling kelompok ini, biasanya terdiri dari 6-10 orang anggota kelompok.
Semua dari anggota kelompok tersebut aktif membahas masalah tersebut. Disamping keaktifan mereka tersebut, mereka
juga dapat saling berinteraksi antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya. Interaksi yang terjadi dalam konseling kelompok tersebut adalah
interaksi yang multiarah. Melalui konseling kelompok tersebut, diharapkan mampu
meningkatkan interaksi sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud interaksi sosial?
1.2.2
Faktor apa saja yang mempengaruhi interaksi
sosial?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan konseling kelompok?
1.2.4
Upaya apa yang dapat dilakukan konseling
kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial?
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1
Mengetahui pengertian interaksi sosial.
1.3.2
Mengetahui faktor penyebab yang
mempengaruhi interaksi sosial.
1.3.3
Mengetahui pengertian konseling
kelompok.
1.3.4
Mengetahui upaya yang dapat dilakukan
dengan konseling kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial.
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Hasil
dari makalah ini dapat memberikan masukan baru bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya serta pengembangan ilmu bimbingan dan konseling pada
khususnya tentang upaya meningkatkan interaksi sosial melalui bimbingan
kelompok.
1.4.2
Manfaat
Praktis
1.4.2.1
Makalah ini diharapkan dapat membantu
konselor dalam mempberikan layanan pada mahasiswa.
1.4.2.2
Bagi penulis sendiri dapat membantu
meningkatan profesionalitas dalam pemberian layanan dan wawasan dalam menyusun
makalah ini.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Interaksi Sosial
Dalam sub bab ini akan dibahas lebih
dalam mengenai interaksi sosial mulai dari pengertian interaksi sosial, syarat-
syarat terjadinya interaksi sosial, bentuk – bentuk interaksi sosial dan faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi sosial.
2.1.1
Pengertian Interaksi
Interaksi merupakan
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok. Banyak para ahli dibidang sosiologi telah
menguraikan definisi mengenai interaksi sosial antara lain Roucek dan Werren
dalam Basrowi ( 2005: 138) mengartikan bahwa interaksi sosial adalah suatu
proses melalui tindak balas tiap – tiap kelompok berturut – turut menjadi unsur
penggerak bagi tindak dari kelompok lain, ia adalah suatu proses timbal balik,
dimana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku orang lain.
Thibaut dan Kelley, menjelaskn bahwa
interaksi sosial adalah sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama
lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi,
tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Bonner mendifinisikan bahwa
interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu,
dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain
atau sebaliknya.
Maryati dan Suryawati (2003)
menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik
atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu
dan kelompok” . Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani
(2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
2.1.2
Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (
2006:58) menjelaskan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
jika tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi.
2.1.2.1
Kontak Sosial
Kata kontak berasal
dari bahasa latin con atau cum ( yang artinya bersama- sama) dan tango
(yang artinya menyentuh). Jadi arti secara harafiah adalah bersama –
sama menyentuh. Secara fisik, kontak
baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak
perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan
denga pihak lain tanpa menyentuhnya. Apabila dengan perkembangan teknologi
dewasa ini, orang – orang dapat berhubungan dengan pihak lain melalui telepon,
telegraf, radio, surat dan seterusnya yang tidak memerlukan suatu hubungan
badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi
syarat utama terjadinya kontak.
Terjadinya suatu kontak
tidaklah semata – mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap
tindakan tersebut. Konatk sosial tersebut juga bisa bersifat positif atau
negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama,
sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat pula
bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan
hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak sekunder
memerlukan suatu perantara.
Kontak sosial dapat ini
juga mempunyai berbagai macam bentuk. Kontak sosial ini dapat berlangsung dalam
tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
1.
Antara orang – perorangan
Kontak
sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan – kebiasaan dalam
keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma – norma dan nilai – nilai
masyarakat dimana di amenjadi anggota.
2.
Antara orang – perorangan dengan suatu
kelompok manusia dan sebaliknya
Kontak
sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakan –
tindakannya berlawanan dengan norma – norma masyarakat atau apabila suatu
anggota- anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
3.
Antara suatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya
Umpamanya
adalah dua partai politik mengadakan kerjasama untuk mengalahkan partai politik
yang ketiga didalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan
mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya
disuatu wilayah yang baru terbuka.
2.1.2.2
Komunikasi
Arti
penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku
orang lain ( yang berwujud pembicaraan, gerak – grak badaniah atau sikap),
perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Dengan
adanya komunikasi tersebut, sikap – sikap dan perasaan – perasaan suatu
kelompok manausia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok –
kelompok lain atau orang – orang lainnya. Hal tersebut kemudian merupakan bahan
untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam
komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai
keramahan tamahan, sikap bersahabat,atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin mennjukkan
kemenangan. Selarik lirikan, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa
orang yang bersangkutan tersebut merasa
kurang senang bahkan sedang marah. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan
kerjasama antara orang perorangan atau antara kelompok – kelompok manusia dan
memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan
tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian
mengkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing – masing
tidak mau mengalah.
2.1.3
Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Basrowi ( 2005: 145)
menjelaskan bahwa secara mendasar, ada empat bentuk interaksi sosial yang ada
dalam masyarakat. Yaitu ; kerjasama (cooperation),
persaingan (competition), akomodasi
dan penyesuaian diri (accomodation)
dan pertentangan atau pertingkaian ( conflict).
Keempat bentuk pokok
interaksi sosial tersebut tidak merupakan suatu kesinambungan, dalam arti bahwa
interaksi tersebut tidak hanya dimulai dari kerja sama, kemudian menjadi
persaingan dan akomodasi, serta akhirnya memuncak menjadi pertikaian. Akan
tetapi, hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi teretentu, serta bisa
jadi diawali dengan persaingan. Setelah itu, akomodasi atau sebaliknya.
2.1.3.1
Kerja Sama
Kerjasama adalah suatu
bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang
ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling
memahami terhadap aktivitas masing – masing. Roucek dan Warren mengatakan,
bahwa kerjasama berarti bekerja bersama – sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Charles Hurton Cooley, kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan – kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan - kepentingan tersebut melalui kerjasama, kesadaran
akan adanya kepentingan – kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta – fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Sehubungan dengan
pelaksanaan kerjasama, menurut Soekanto ( 2006: 68) , ada lima bentuk
kerjasama, yaitu sebagai berikut :
1.
Kerukunan yang mencakup gotong- royong
dan tolong – menolong.
2.
Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang – barang dan jasa- jasa antara dua organisasi atau
lebih.
3.
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur – unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
4.
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan – tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang
tidak stabil untuk sementara waktu, oleh karean dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda – beda satu dengan yang
lainnya. Akan tetapi, maksud utamanya adalah untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama maka sifatnya adalah kooperatif.
2.1.3.2
Persaingan
Persaingan merupakan
suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang
lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk hasil benda atau popularitas tertentu.
Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari persaingan itu
dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Bentuk kegiatan ini
biasanya didorong oleh motivasi berikut ini:
1.
Mendapat status sosial.
2.
Memperoleh jodoh.
3.
Mendapatkan kekuasaan.
4.
Mendapatkan nama baik, dan lain- lain.
2.1.3.3
Akomodasi
Akomodasi adalah suatu
keadaan hubungan yang antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan
ynag berhubungan dengan nilai dan norma – norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat.
2.1.3.4
Pertikaian atau Pertentangan
Pertikaian adalah
bentuk persaingan yang berkembang kearah negatif, artinya karena di satu pihak
bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan
pihal lainnya.
Secara lebih rinci,
Soekanto menyadur pendapat Gillin & Gillin ynag menggolongkan dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial.
1.
Proses yang asosiatif ( process of association) yang terbagi
dalam tiga bentuk khusus, yaitu :
a. Akomodasi,
b. Asimilasi,
c. Akulturasi,
2.
Proses yang Disosiatif (process of dissociation) yang mencakup :
a. Persaingan
b. Persaingan
yang meliputi contravention dan
pertentangan atau pertikaian (conflict)
Menurut Soekanto ( 2006 : 65 – 97)
, proses – proses interaksi sosial yang pokok adalah sebagai berikut:
1.
Proses – proses yang asosiatif
a. Kerja
sama ( cooperation )
Dengan kerja sama ini dimaksudkan
sebagai suatu kerja sama antara orang perorang atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b. Akomodasi
( accomodation)
1) Pengertian
Istilah akomodasi dipergunakan
dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada
suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti suatu
kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan
kelompok – kelompok manusia sehubungan dengan norma – norma sosial dan nilai –
nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat.
2) Bentuk
– bentuk Akomodasi
Akomodasi sebagai suatu proses
dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
a) Coercion (
paksaan), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena
paksaan.
b) Compromise
( kompromi), yaitu bentuk akomdasi dimana pihak – pihak yang terlibat masing –
masing mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesain terhadap
perselisihan yang ada.
c) Arbitration
( arbitrase), yaitu suatu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak – pihak
ynag berhadapan masing – masing tidak sanggup untuk mencapai kesepakatan
sendiri.
d) Mediation
( mediasi), yaitu mengundang pihak ketiga yang netral untuk mengatsai masalah
yang dihadapi.
e) Conciliation
( konsiliasi ), yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan pihak – pihak yang berselisih bagi
tercapainya suatu persetujuan bersama.
f) Toleration
( toleransi), yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
g) Stalemate,
yaitu merupakan suatu akomodasi, dimana pihak – pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
h) Adjudication,
yaitu pennyelesaian perkara atau sengketa dipengadilan.
c. Asimilasi
( assimilation )
Asimilasi adalah suatu proses
sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha- usaha
mengurangi perbedaan – perbedaan ynag terdapat antara orang perorangan atau
kelompok – kelompok manusia dan juga meliputi usaha – usaha untuk mempertinggi
kesatuan, sikap, dan proses – proses mental dengan memperhatikan kepentingan –
kepentingan dan tujuan bersama.
2.
Proses – proses yang disosiatif
Proses
– proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes. Suatu
oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau
sekelompok manusi auntuk mencapai
sesuatu tujuan yang tertentu. Proses disosiatif ini dibagi menjadi tiga bentuk,
yaitu :
a. Persaingan
( competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai
suatu proses sosial dimana orang perorang atau kelompok – kelompok manusia ynag
bersaing mencari keuntungan melalui bidang – bidang kehidupan yang pada suatu
masa tertentu menjadi pusat perhatian dari publik denagn cara – cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Contravention
Merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan atau pertikaian contravention, terutama
ditandai oleh gejala – gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang
atau suatu rencana dan perasaan tidak suka ynag disembunyikan, kebencian atau
keragu – raguan terhadap kepribadian seseorang.
2.1.4
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Sugiyo ( 2006 : 21)
menjelaskan bahwa interaksi sebenarnya merupakan proses yang cukup kompleks
meskipun terlihat sederhana. Namun yang terjadi adalah tidak sesederhana itu,
perilaku individu didalamnya banyak
dipengaruhi oleh faktor – faktor psikologis. Faktor – faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial diantaranya:
a.
Faktor Imitasi
Menurut Gerungan ( 2004 : 64) mengemukakan bahwa
imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, malainkan
merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan
bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara
orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang
mewujudkan sikap – sikap, ide – ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan
kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih
melebarkan dan meluaskan hubungan – hubungannya dengan orang-orang lain.
b.
Faktor Sugesti
Menurut Gerungan ( 2004 : 65) bahwa arti sugesti dan
dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya
adalah bahwa dalam imitasi itu orang ynag satu mangikuti sesuatu diluar
dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya yang selalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Peranan sugesti cukup besar dalam pembentukan norma
– norma kelompok, prasangka – prasangka sosial, norma – norma susila, norma –
norma politik, dll. Sebab, pada kebanyakan diantara pedoman – pedoman tingkah
lakunya itu banyak daru adat kebiasaannya yang diambil alih begitu saja, tanpa
pertimbangan lebih lanjut dari orang tuanya, pendidik, ataupun kawan di
lingkungannya. Hal ini disebabkan kehidupan zaman modern begitu kompleks.
Sehingga, dengan mengambil alih pandangan dan tingkah laku orang lain lebih
mudah dapat mereka hadapi persoalan – persoalan sehari – hari yang kompleks.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumusan
sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih
dahulu.
c.
Faktor Identikikasi
Sugiyo ( 2006 : 22)
Menjelaskan bahwa identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (
sama ) dengan orang lain. Salah seseorang tokoh psikoanalisis Freud
menambahakan bahwa anak mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan jalan
mengidentifikasi diri pada orang tua. Dengan identfikasi seluruh norma – norma,
cita – cita, sikap orang tua dan lainnya dapat digunakan sebagai norma, cita-
cita, sikap pada diri anak.
d.
Faktor Simpati
Sugiyo (2006:
23) menjelaskan bahwa simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain
ynag didasarkan atas emosi semata tanpa rasio. Dengan adanya simpati akan
timbul saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan yang lain
sehingga interaksinya pun terjalin secara mendalam.
2.2
Konseling Kelompok
Dalam sub bab ini akan
dibahas lebih dalam mengenai konseling kelompok
mulai dari pengertian konseling kelompok
dan karakteristik dari konseling kelompok itu sendiri.
2.2.1
Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Gazda (1984)
dan Shertzer & Stone ( 1980) dalam Wibowo ( 2005: 32) bahwa konseling
kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis ynag terpusat pada
pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses tersebut mengandung ciri – ciri
terapuitik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi
pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan – perasaan mendalam yang
dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung.
Hansen, Warner &
Smith dalam Wibowo ( 2005:32) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan
cara ynag amat baik untuk menangani konflik – konflik antar pribadi dan
membantu individu – individu dalam mengembangkan kemampuan pribadi mereka.
Konseling kelompok
menurut Winkel (2007: 589) merupakan bentuk layanan khusus dari layanan
konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang
tergabung dalam suatu kelompok kecil.
Prayitno dan Amti
menjelaskan mengenai konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan
yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Dalam konseling tersebut terjadi
dalam suasana yang hangat, permisif, dan penuh keakraban. Dimana juga ada
pengungkapan dan masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah,
upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
2.2.2
Karakteristik Konseling Kelompok
Konseling kelompok
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari bimbingan kelompok.
Menurut Prayitno (1995:70-71) menjelaskan hal – hal yang membedakan konseling
kelompok dari layanan bimbingan kelompok yaitu :
1.
Tujuan yang ingin dicapai
a. Pengembangan
pribadi
b. Pembahasan
dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota
kelompok.
2.
Jumlah anggota : dibatasi sampai sekitar
10 orang
3.
Kondisi dan karakteristik anggota :
homogen
4.
Format kegiatan : kelompok kecil
5.
Peranan anggota kelompok :
a. aktif
membahas permasalahan tertentu dalam membantu memecahkan masalah teman
sekelompok.
b. Berpartisipasi
aktif dalam dinamika interaksi sosial.
c. Menyumbang
bagi pemecahan masalah pribadi teman sekelompok.
d. Menyerap
berbagai informasi, saran, dan berbagai alternatif untuk memecahkan masalahnya
sendiri.
6.
Suasana Interaksi
a. Interaksi
multiarah
b. Mendalam
dan tuntas dengan melibatkan aspek kognitif, afektif, dan aspek – aspek
kepribadian lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara individu dengan
kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Dalam melakukan interaksi,
harus ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut adalah kontak sosial dan
komunikasi. Apabila tidak ada syarat tersebut, mustahil sekali terjadi
interaksi sosial. Dalam proses interaksi tersebut, juga mempunyai proses yang
berbeda. Proses yang bersifat asosiatif, yang meliputi kerjasama, akomodasi,
asimilasi, dan akulturasi. Sedangkan proses yang disosiatif, meliputi konflik,
kerjasama, dan kontroversi. Setelah proses – proses yang berbeda – beda, tidak
dapat kita pungkiri bahwa dalam interaksi sosial ada faktor – faktor yang
sangat mempengaruhi interaksi tersebut. Faktor tersebut berupa faktor imitasi,
identifikasi, simpati, empati, sugesti dan motivasi.
Setelah dibahas
mengenai apa saja yang ada dalam interaksi sosial, yaitu berupa pengertian,
syarat, proses dan faktornya mari sekarang kita bahas mengenai pelaksanaan
interaksi yang terjadi dikalangan mahasiswa. Interaksi antara mahasiswa dengan
mahasiswa yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda sekali. Kadang ada mahasiswa
yang mempunyai hubungan interaksi yang baik dengan lingkungannya, yaitu
lingkungan interaksi dengan teman kost, dengan teman kuliah dan yang tidak
kalah pentingnya dengan masyarakat sekitar. Tetapi ada juga mahasiswa yang
mempunyai hubungan interaksi sosial yang tidak baik juga dengan lingkungan –
lingkungan ynag ada disekitarny atersebut.
Mahasiswa yang tidak
mempunyai hubungan interaksi sosial yang
baik, mungkin bisa disebabkan karena faktor – faktor tertentu. Faktor tersebut
berupa faktor imitasi, identifikasi, simpati, empati, sugesti maupun motivasi. Disamping
faktor interaksi tersebut juga mungkin disebabkan karena tidak adanya
komunikasi diantara individu yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi ini
sangat penting sekali dalam melakukan interaksi, karen ajika tidak ada
komunikasi dari keduabelah pihak, sangat mustahil bila interaksi tersebut dapat
terjadi.
Rendannya interaksi
dikalangan mahasiswa sekarang ini tidak boleh dianggap remeh. Karena jika
mahasiswa mempunyai hubungan interaksi yang rendah maka, individu tersebut
tidak akan mendapatkan mengalaman yang lebih dari individu yang lain.
Interaksi sosial dapat
ditingkatkan dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan mengikuti konseling
kelompok. Karena fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak sekali anak
semester 5, yang mengadakan konseling kelompok. Jadi, ini bisa menjadi sarana
yang tepat untuk mengembangkan atau meningkatkan interaksi sosial. Untuk
meningkatkan interaksi sosial dilakukan dengan cara yang sederhana dan dalam
lingkup yang lebih kecil dahulu tidaklah masalah.
Konseling kelompok
adalah salah satu layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi dan pembahasan & pemecahan
masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut.
Dalam konseling kelompok ini, biasanya terdiri dari 6-10 orang anggota
kelompok. Semua dari anggota kelompok tersebut aktif membahas masalah
tersebut. Disamping keaktifan mereka
tersebut, mereka juga dapat saling berinteraksi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lainnya. Interaksi yang terjadi dalam konseling kelompok tersebut
adalah interaksi yang multiarah.
Berdasarkan hal diatas,
bahwa jelas adanya bahwa interaksi sosial dapat ditingkatkan jika kita
mengikuti konseling kelompok. Hal tersebut dapat dilihat dari peranan anggota
kelompok dan suasana interaksi yang terjadi didalam anggota kelompok. Peranan
anggota kelompok tersebut , yaitu ikut berpartisipasi aktif dalam dinamika
interaksi sosial. sedangkan jika dilihat dari suasana interaksi bahwa dalam
konseling kelompok ini, interaksi terjadi secara multiarah. Dengan interaksi
komunikasi yang multiarah tersebut, akan membuat anggota kelompok untuk
melakukan kontak dan komunikasi. Sehingga dengan kontak dan komunikasi tersebut
akan menimbulkan interaksi diantara masing – masing anggota kelompok.
Dalam pelaksanaan
konseling kelompok, pemimpin kelompok akan membantu proses interaksi yang
terjadi didalam anggota kelompok. Sehingga proses yang terjadi didalam forum
konseling kelompok ini bersifat asosiatif. Dalam konseling kelompok, ada salah
satu permasalah individu yang akan dibahas dan dipecahkan oleh anggota kelompok
tersebut. Permasalahan inilah yang akan
membuat hubungan antara masing – masing anggota kelompok menjadi semakin
dinamis. Hubungan interaksi tersebut terjadi semakin erat diakibatkan oleh
faktor simpati dan empati dari masing – masing anggota kelompok terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh salah satu anggota kelompok tersebut.
Simpati adalah rasa
tertarik dari semua anggota kelompok terhadap masalah yang dihadapi individu
tersebut, dan empati adalah rasa haru anggota kelompok tersebut ketika dia
melihat permasalahan ynag dihadapi dari anggota kelompok lainnya. Empati ini
merupakan kelanjutan dari rasa simpati yang berupa perbuatan nyata.
Rasa simpati dan empati
didalam konseling kelompok, dapat dilakukan dengan memberikan rasa tertarik
terhadap permasalahan ynag dihadapi oleh anggota kelompok yang lain,
selanjutnya empati bisa ditunjukkan dengan memberikan masukan dan ikut membantu
dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan memberikan
pendapat – pendapatnya, secara tidak langsung anggota kelompok tersebut telah
melakukan interaksi sosial, karena dalam berpendapat tersebut syarat dari
interaksi sosial telah terpenuhi, yaitu kontak dan komunikasi. Hubungan
interaksi dalam layanan konseling kelompok, tidak terbatas hanya dalam membahas
dan menyelesaikan suatu masalah. Tetapi juga, dalam koseling kelompok, ada
permainan – permainan kecil yang membuat hubungan antara anggota yang satu dengan ynag lainnya
menjadi semakin akrab dan ada dinamika dalam kelompok tersebut.
Permainan – permainan
yang diberikan oleh pemandu kelompok terhadap anggota kelompok tersebut, semata
– mata untuk membuat anggota kelompok tidak merasa bosan dan jenuh. Dengan
permainan – permainan yang inovatif dan menerik, yang dikemas dalam sausana
kebersamaan akan menjadikan semua anggota kelompok menjadi senang. Dengan
perasaan tersebut, diharapkan akan meningkatkan interaksi dari masing – masing
anggota kelompok.
Anggota kelompok yang
ada didalam kelompok tersebut, berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam
pelaksanaan awal, pemandu kelompok memberikan kesempatan – kesempatan kepada
anggota kelompok untuk memperkenalkan dirinya. Setelah semua masing – masing anggota
kelompok tersebut saling mengenal, maka dalam meningkatkan interaksi akan
menjadi semakin mudah. Caranya yaitu seperti yang telah disampaikan tadi, dapat
melalui membahas & memecahkan permasalahan dan dapat menggunakan permaianan
– permaianan dinamika kelompok.
Berdasarkan uraian
diatas, telah nampak sekali bahwa ada sling keterkaitan antara interaksi sosial
dan bimbingan kelompok tersebut. Hal itu
disebabkan dalam konseling kelompok terdapat adanya saling interaksi antara
masing - masing dari anggota tersebut.
Maka dalam meningkatkan interaksi sosial, salah satu caranya dengan melalui
layanan konseling kelompok. Yang layanan konseling kelompok tersebut bisa
sangat efektif dalam meningkatkan interaksi sosial dalam skala yang kecil.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara
individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Dalam
melakukan interaksi, harus ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut
adalah kontak sosial dan komunikasi. Disamping syarat tersebut, juga ada faktor
yang dapat mempengaruhi interaksi sosial itu sendiri, yaitu imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, dan empati.
Interaksi
sosial yang rendah bisa ditingkatkan dengan berbagi cara, salah satu cara
tersebut adalah melalui layanan konseling kelompok. Konseling kelompok itu
sendiri adalah layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi dan pembahasan & pemecahan
masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut.
Dalam layanan ini semua anggota kelompok dapat saling berinteraksi dengan
anggota kelompok lain, dengan dipandu oleh pemimpin kelompok.
4.2 Saran
Saya
menyarankan agar interaksi sosial setiap individu harus selalu ditingkatkan.
Karena interasi sosial sangat penting untuk melakukan proses sosialisasi.
Peningkatan interaksi sosial melalui layanan konseling kelompok ini bisa
menjadi salah satu cara yang dapat digunakan, tetapi juga masih banyak cara
yang lain juga. Dan jangan hanya menggunakan layanan konseling kelompok ini
sebagai satu - satunya cara saja, tetapi juga harus menggunakan cara – cara
yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Basrowi.
2005. Pengantar Sosiologi. Bogor :
Ghalia Indonesia.
Gerungan. W.A 2009. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Prayitno
dan Erman Amti. 1994. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta :
Rineka Cipta.
Prayitno.
1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok ( Dasar dan Profil ). Bogor :
Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugiyo. 2006. Psikologi
Sosial. Semarang
Wibowo,
Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES PRESS.
Winkel
dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi.
alhamdulillah baru ketemu pengertian ini yang dicantumkan sumbernya terimakasih, semoga bermanfaat bagi kita semua
BalasHapus