Sabtu, 23 Maret 2013

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK


MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL MELALUI LAYANAN  KONSELING KELOMPOK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang -  perorangan,  antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Dengan kata lain interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Dalam interaksi sosial ada faktor – faktor yang mempengaruhi, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan empati. Faktor – faktor ini bisa memperlemah dan memperkuat hubungan interaksi sosial antara individu ynag satu dengan individu yang lain. Dalam kehidupan sehari – hari kita bisa kita temui bahwa tidak semua orang mempunyai hubungan interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya. Kadang mereka malahan mempunyai interaksi sosial yang sangat rendah.
Redahnya interaksi sosial ini akan menghambat kita dalam proses sosialisasi dengan orang lain. Kita akan cenderung menjadi orang yang lebih tertutup dan individualis dari pada yang sosialis. Rendahanya motivasi ini harus segera diatasi, atau bisa ditingkatkan. Yaitu salah satunya melalui konseling kelompok.
Konseling kelompok adalah salah satu layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan pribadi  dan pembahasan & pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut. Dalam konseling kelompok ini, biasanya terdiri dari 6-10 orang anggota kelompok. Semua dari anggota kelompok tersebut aktif membahas masalah tersebut.  Disamping keaktifan mereka tersebut, mereka juga dapat saling berinteraksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Interaksi yang terjadi dalam konseling kelompok tersebut adalah interaksi yang multiarah. Melalui konseling kelompok tersebut, diharapkan mampu meningkatkan interaksi sosial.






1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud  interaksi sosial?
1.2.2        Faktor apa saja yang mempengaruhi interaksi sosial?
1.2.3        Apa yang dimaksud dengan konseling kelompok?
1.2.4        Upaya apa yang dapat dilakukan konseling kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial?

1.3  Tujuan Makalah
1.3.1        Mengetahui pengertian  interaksi sosial.
1.3.2        Mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi interaksi sosial.
1.3.3        Mengetahui pengertian konseling kelompok.
1.3.4        Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dengan konseling kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial.
1.4  Manfaat
1.4.1        Manfaat Teoritis
Hasil dari makalah ini dapat memberikan masukan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta pengembangan ilmu bimbingan dan konseling pada khususnya tentang upaya meningkatkan interaksi sosial melalui bimbingan kelompok.
1.4.2        Manfaat Praktis
1.4.2.1  Makalah ini diharapkan dapat membantu konselor dalam mempberikan layanan pada mahasiswa.
1.4.2.2  Bagi penulis sendiri dapat membantu meningkatan profesionalitas dalam pemberian layanan dan wawasan dalam menyusun makalah ini.







BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Interaksi Sosial
Dalam sub bab ini akan dibahas lebih dalam mengenai interaksi sosial mulai dari pengertian interaksi sosial, syarat- syarat terjadinya interaksi sosial, bentuk – bentuk interaksi sosial dan faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial.

2.1.1 Pengertian Interaksi
Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Banyak para ahli dibidang sosiologi telah menguraikan definisi mengenai interaksi sosial antara lain Roucek dan Werren dalam Basrowi ( 2005: 138) mengartikan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses melalui tindak balas tiap – tiap kelompok berturut – turut menjadi unsur penggerak bagi tindak dari kelompok lain, ia adalah suatu proses timbal balik, dimana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku orang lain.
Thibaut dan Kelley, menjelaskn bahwa interaksi sosial adalah sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Bonner mendifinisikan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” . Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.

2.1.2 Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soekanto ( 2006:58) menjelaskan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi jika tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

2.1.2.1 Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum ( yang artinya bersama- sama) dan tango  (yang artinya menyentuh). Jadi arti secara harafiah adalah bersama – sama menyentuh.  Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan denga pihak lain tanpa menyentuhnya. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang – orang dapat berhubungan dengan pihak lain melalui telepon, telegraf, radio, surat dan seterusnya yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.
Terjadinya suatu kontak tidaklah semata – mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Konatk sosial tersebut juga bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu  pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Kontak sosial dapat ini juga mempunyai berbagai macam bentuk. Kontak sosial ini dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
1.      Antara orang – perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan – kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma – norma dan nilai – nilai masyarakat dimana di amenjadi anggota.
2.      Antara orang – perorangan dengan suatu kelompok manusia dan sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakan – tindakannya berlawanan dengan norma – norma masyarakat atau apabila suatu anggota- anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
3.      Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerjasama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga didalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya disuatu wilayah yang baru terbuka.

2.1.2.2 Komunikasi
Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain ( yang berwujud pembicaraan, gerak – grak badaniah atau sikap), perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap – sikap dan perasaan – perasaan suatu kelompok manausia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok – kelompok lain atau orang – orang lainnya. Hal tersebut kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramahan tamahan, sikap bersahabat,atau bahkan sebagai  sikap sinis dan sikap ingin mennjukkan kemenangan. Selarik lirikan, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan  tersebut merasa kurang senang bahkan sedang marah. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara kelompok – kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mengkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing – masing tidak mau mengalah.
2.1.3 Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Basrowi ( 2005: 145) menjelaskan bahwa secara mendasar, ada empat bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat. Yaitu ; kerjasama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi dan penyesuaian diri (accomodation) dan pertentangan atau pertingkaian ( conflict).
Keempat bentuk pokok interaksi sosial tersebut tidak merupakan suatu kesinambungan, dalam arti bahwa interaksi tersebut tidak hanya dimulai dari kerja sama, kemudian menjadi persaingan dan akomodasi, serta akhirnya memuncak menjadi pertikaian. Akan tetapi, hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi teretentu, serta bisa jadi diawali dengan persaingan. Setelah itu, akomodasi atau sebaliknya.
2.1.3.1 Kerja Sama
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing – masing. Roucek dan Warren mengatakan, bahwa kerjasama berarti bekerja bersama – sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles Hurton Cooley, kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan – kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan - kepentingan tersebut melalui kerjasama, kesadaran akan adanya kepentingan – kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta – fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, menurut Soekanto ( 2006: 68) , ada lima bentuk kerjasama, yaitu sebagai berikut :
1.      Kerukunan yang mencakup gotong- royong dan tolong – menolong.
2.      Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang – barang dan jasa- jasa antara dua organisasi atau lebih.
3.      Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur – unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4.      Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan – tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, oleh karean dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda – beda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, maksud utamanya adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama maka sifatnya adalah kooperatif.
2.1.3.2 Persaingan
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk hasil benda atau popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Bentuk kegiatan ini biasanya didorong oleh motivasi berikut ini:
1.      Mendapat status sosial.
2.      Memperoleh jodoh.
3.      Mendapatkan kekuasaan.
4.      Mendapatkan nama baik, dan lain- lain.
2.1.3.3 Akomodasi
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan yang antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan ynag berhubungan dengan nilai dan norma – norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
2.1.3.4 Pertikaian atau Pertentangan
Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang kearah negatif, artinya karena di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihal lainnya.
Secara lebih rinci, Soekanto menyadur pendapat Gillin & Gillin ynag menggolongkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial.
1.      Proses yang asosiatif ( process of association) yang terbagi dalam tiga bentuk khusus, yaitu :
a.       Akomodasi,
b.      Asimilasi,
c.       Akulturasi,
2.      Proses yang Disosiatif (process of dissociation) yang mencakup :
a.       Persaingan
b.      Persaingan yang meliputi contravention dan pertentangan atau pertikaian (conflict)
Menurut Soekanto ( 2006 : 65 – 97) , proses – proses interaksi sosial yang pokok adalah sebagai berikut:
1.      Proses – proses yang asosiatif
a.       Kerja sama ( cooperation )
Dengan kerja sama ini dimaksudkan sebagai suatu kerja sama antara orang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b.      Akomodasi ( accomodation)
1)      Pengertian
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan dan kelompok – kelompok manusia sehubungan dengan norma – norma sosial dan nilai – nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat.
2)      Bentuk – bentuk Akomodasi
Akomodasi sebagai suatu proses dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
a)      Coercion ( paksaan), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena paksaan.
b)      Compromise ( kompromi), yaitu bentuk akomdasi dimana pihak – pihak yang terlibat masing – masing mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesain terhadap perselisihan yang ada.
c)      Arbitration ( arbitrase), yaitu suatu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak – pihak ynag berhadapan masing – masing tidak sanggup untuk mencapai kesepakatan sendiri.
d)     Mediation ( mediasi), yaitu mengundang pihak ketiga yang netral untuk mengatsai masalah yang dihadapi.
e)      Conciliation ( konsiliasi ), yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan  pihak – pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama.
f)       Toleration ( toleransi), yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
g)      Stalemate, yaitu merupakan  suatu  akomodasi, dimana pihak – pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
h)      Adjudication, yaitu pennyelesaian perkara atau sengketa dipengadilan. 
c.       Asimilasi ( assimilation )
Asimilasi adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha- usaha mengurangi perbedaan – perbedaan ynag terdapat antara orang perorangan atau kelompok – kelompok manusia dan juga meliputi usaha – usaha untuk mempertinggi kesatuan, sikap, dan proses – proses mental dengan memperhatikan kepentingan – kepentingan dan tujuan bersama.
2.      Proses – proses yang disosiatif
Proses – proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes. Suatu oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok  manusi auntuk mencapai sesuatu tujuan yang tertentu. Proses disosiatif ini dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :
a.       Persaingan ( competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana orang perorang atau kelompok – kelompok manusia ynag bersaing mencari keuntungan melalui bidang – bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian dari publik denagn cara – cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b.      Contravention
Merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan atau pertikaian contravention, terutama ditandai oleh gejala – gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka ynag disembunyikan, kebencian atau keragu – raguan terhadap kepribadian seseorang.
2.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Sugiyo ( 2006 : 21) menjelaskan bahwa interaksi sebenarnya merupakan proses yang cukup kompleks meskipun terlihat sederhana. Namun yang terjadi adalah tidak sesederhana itu, perilaku individu didalamnya banyak  dipengaruhi oleh faktor – faktor psikologis. Faktor – faktor yang mempengaruhi interaksi sosial diantaranya:
a.       Faktor Imitasi
Menurut Gerungan ( 2004 : 64) mengemukakan bahwa imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, malainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap – sikap, ide – ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan – hubungannya dengan orang-orang lain.   
b.      Faktor Sugesti
Menurut Gerungan ( 2004 : 65) bahwa arti sugesti dan dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang ynag satu mangikuti sesuatu diluar dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang selalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Peranan sugesti cukup besar dalam pembentukan norma – norma kelompok, prasangka – prasangka sosial, norma – norma susila, norma – norma politik, dll. Sebab, pada kebanyakan diantara pedoman – pedoman tingkah lakunya itu banyak daru adat kebiasaannya yang diambil alih begitu saja, tanpa pertimbangan lebih lanjut dari orang tuanya, pendidik, ataupun kawan di lingkungannya. Hal ini disebabkan kehidupan zaman modern begitu kompleks. Sehingga, dengan mengambil alih pandangan dan tingkah laku orang lain lebih mudah dapat mereka hadapi persoalan – persoalan sehari – hari yang kompleks.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumusan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
c.       Faktor Identikikasi
Sugiyo ( 2006 : 22)  Menjelaskan bahwa identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik ( sama ) dengan orang lain. Salah seseorang tokoh psikoanalisis Freud menambahakan bahwa anak mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan jalan mengidentifikasi diri pada orang tua. Dengan identfikasi seluruh norma – norma, cita – cita, sikap orang tua dan lainnya dapat digunakan sebagai norma, cita- cita, sikap pada diri anak.
d.      Faktor Simpati
Sugiyo (2006: 23) menjelaskan bahwa simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain ynag didasarkan atas emosi semata tanpa rasio. Dengan adanya simpati akan timbul saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan yang lain sehingga interaksinya pun terjalin secara mendalam.
2.2 Konseling Kelompok
Dalam sub bab ini akan dibahas lebih dalam mengenai konseling kelompok  mulai dari pengertian konseling kelompok  dan karakteristik dari konseling kelompok itu sendiri.
2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Gazda (1984) dan Shertzer & Stone ( 1980) dalam Wibowo ( 2005: 32) bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis ynag terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses tersebut mengandung ciri – ciri terapuitik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan – perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung.
Hansen, Warner & Smith dalam Wibowo ( 2005:32) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan cara ynag amat baik untuk menangani konflik – konflik antar pribadi dan membantu individu – individu dalam mengembangkan kemampuan pribadi mereka.
Konseling kelompok menurut Winkel (2007: 589) merupakan bentuk layanan khusus dari layanan konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil.
Prayitno dan Amti menjelaskan mengenai konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Dalam konseling tersebut terjadi dalam suasana yang hangat, permisif, dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

2.2.2 Karakteristik Konseling Kelompok
Konseling kelompok mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995:70-71) menjelaskan hal – hal yang membedakan konseling kelompok dari layanan bimbingan kelompok yaitu :
1.      Tujuan yang ingin dicapai
a.       Pengembangan pribadi
b.      Pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
2.      Jumlah anggota : dibatasi sampai sekitar 10 orang
3.      Kondisi dan karakteristik anggota : homogen
4.      Format kegiatan : kelompok kecil
5.      Peranan anggota kelompok :
a.       aktif membahas permasalahan tertentu dalam membantu memecahkan masalah teman sekelompok.
b.      Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial.
c.       Menyumbang bagi pemecahan masalah pribadi teman sekelompok.
d.      Menyerap berbagai informasi, saran, dan berbagai alternatif untuk memecahkan masalahnya sendiri.
6.      Suasana Interaksi
a.       Interaksi multiarah
b.      Mendalam dan tuntas dengan melibatkan aspek kognitif, afektif, dan aspek – aspek kepribadian lainnya.






BAB III
PEMBAHASAN

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Dalam melakukan interaksi, harus ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut adalah kontak sosial dan komunikasi. Apabila tidak ada syarat tersebut, mustahil sekali terjadi interaksi sosial. Dalam proses interaksi tersebut, juga mempunyai proses yang berbeda. Proses yang bersifat asosiatif, yang meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Sedangkan proses yang disosiatif, meliputi konflik, kerjasama, dan kontroversi. Setelah proses – proses yang berbeda – beda, tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam interaksi sosial ada faktor – faktor yang sangat mempengaruhi interaksi tersebut. Faktor tersebut berupa faktor imitasi, identifikasi, simpati, empati, sugesti dan motivasi. 
Setelah dibahas mengenai apa saja yang ada dalam interaksi sosial, yaitu berupa pengertian, syarat, proses dan faktornya mari sekarang kita bahas mengenai pelaksanaan interaksi yang terjadi dikalangan mahasiswa. Interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda sekali. Kadang ada mahasiswa yang mempunyai hubungan interaksi yang baik dengan lingkungannya, yaitu lingkungan interaksi dengan teman kost, dengan teman kuliah dan yang tidak kalah pentingnya dengan masyarakat sekitar. Tetapi ada juga mahasiswa yang mempunyai hubungan interaksi sosial yang tidak baik juga dengan lingkungan – lingkungan ynag ada disekitarny atersebut.
Mahasiswa yang tidak mempunyai  hubungan interaksi sosial yang baik, mungkin bisa disebabkan karena faktor – faktor tertentu. Faktor tersebut berupa faktor imitasi, identifikasi, simpati, empati, sugesti maupun motivasi. Disamping faktor interaksi tersebut juga mungkin disebabkan karena tidak adanya komunikasi diantara individu yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi ini sangat penting sekali dalam melakukan interaksi, karen ajika tidak ada komunikasi dari keduabelah pihak, sangat mustahil bila interaksi tersebut dapat terjadi.
Rendannya interaksi dikalangan mahasiswa sekarang ini tidak boleh dianggap remeh. Karena jika mahasiswa mempunyai hubungan interaksi yang rendah maka, individu tersebut tidak akan mendapatkan mengalaman yang lebih dari individu yang lain.
Interaksi sosial dapat ditingkatkan dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan mengikuti konseling kelompok. Karena fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak sekali anak semester 5, yang mengadakan konseling kelompok. Jadi, ini bisa menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan atau meningkatkan interaksi sosial. Untuk meningkatkan interaksi sosial dilakukan dengan cara yang sederhana dan dalam lingkup yang lebih kecil dahulu tidaklah masalah.
Konseling kelompok adalah salah satu layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan pribadi  dan pembahasan & pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut. Dalam konseling kelompok ini, biasanya terdiri dari 6-10 orang anggota kelompok. Semua dari anggota kelompok tersebut aktif membahas masalah tersebut.  Disamping keaktifan mereka tersebut, mereka juga dapat saling berinteraksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Interaksi yang terjadi dalam konseling kelompok tersebut adalah interaksi yang multiarah.
Berdasarkan hal diatas, bahwa jelas adanya bahwa interaksi sosial dapat ditingkatkan jika kita mengikuti konseling kelompok. Hal tersebut dapat dilihat dari peranan anggota kelompok dan suasana interaksi yang terjadi didalam anggota kelompok. Peranan anggota kelompok tersebut , yaitu ikut berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial. sedangkan jika dilihat dari suasana interaksi bahwa dalam konseling kelompok ini, interaksi terjadi secara multiarah. Dengan interaksi komunikasi yang multiarah tersebut, akan membuat anggota kelompok untuk melakukan kontak dan komunikasi. Sehingga dengan kontak dan komunikasi tersebut akan menimbulkan interaksi diantara masing – masing anggota kelompok.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, pemimpin kelompok akan membantu proses interaksi yang terjadi didalam anggota kelompok. Sehingga proses yang terjadi didalam forum konseling kelompok ini bersifat asosiatif. Dalam konseling kelompok, ada salah satu permasalah individu yang akan dibahas dan dipecahkan oleh anggota kelompok tersebut. Permasalahan inilah yang  akan membuat hubungan antara masing – masing anggota kelompok menjadi semakin dinamis. Hubungan interaksi tersebut terjadi semakin erat diakibatkan oleh faktor simpati dan empati dari masing – masing anggota kelompok terhadap permasalahan yang dihadapi oleh salah satu anggota kelompok tersebut.
Simpati adalah rasa tertarik dari semua anggota kelompok terhadap masalah yang dihadapi individu tersebut, dan empati adalah rasa haru anggota kelompok tersebut ketika dia melihat permasalahan ynag dihadapi dari anggota kelompok lainnya. Empati ini merupakan kelanjutan dari rasa simpati yang berupa perbuatan nyata.
Rasa simpati dan empati didalam konseling kelompok, dapat dilakukan dengan memberikan rasa tertarik terhadap permasalahan ynag dihadapi oleh anggota kelompok yang lain, selanjutnya empati bisa ditunjukkan dengan memberikan masukan dan ikut membantu dalam menyelesaikan masalahnya.
Dengan memberikan pendapat – pendapatnya, secara tidak langsung anggota kelompok tersebut telah melakukan interaksi sosial, karena dalam berpendapat tersebut syarat dari interaksi sosial telah terpenuhi, yaitu kontak dan komunikasi. Hubungan interaksi dalam layanan konseling kelompok, tidak terbatas hanya dalam membahas dan menyelesaikan suatu masalah. Tetapi juga, dalam koseling kelompok, ada permainan – permainan kecil yang membuat hubungan  antara anggota yang satu dengan ynag lainnya menjadi semakin akrab dan ada dinamika dalam kelompok tersebut.
Permainan – permainan yang diberikan oleh pemandu kelompok terhadap anggota kelompok tersebut, semata – mata untuk membuat anggota kelompok tidak merasa bosan dan jenuh. Dengan permainan – permainan yang inovatif dan menerik, yang dikemas dalam sausana kebersamaan akan menjadikan semua anggota kelompok menjadi senang. Dengan perasaan tersebut, diharapkan akan meningkatkan interaksi dari masing – masing anggota kelompok.
Anggota kelompok yang ada didalam kelompok tersebut, berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam pelaksanaan awal, pemandu kelompok memberikan kesempatan – kesempatan kepada anggota kelompok untuk memperkenalkan dirinya. Setelah semua masing – masing anggota kelompok tersebut saling mengenal, maka dalam meningkatkan interaksi akan menjadi semakin mudah. Caranya yaitu seperti yang telah disampaikan tadi, dapat melalui membahas & memecahkan permasalahan dan dapat menggunakan permaianan – permaianan dinamika kelompok.
Berdasarkan uraian diatas, telah nampak sekali bahwa ada sling keterkaitan antara interaksi sosial dan bimbingan kelompok tersebut. Hal  itu disebabkan dalam konseling kelompok terdapat adanya saling interaksi antara masing  - masing dari anggota tersebut. Maka dalam meningkatkan interaksi sosial, salah satu caranya dengan melalui layanan konseling kelompok. Yang layanan konseling kelompok tersebut bisa sangat efektif dalam meningkatkan interaksi sosial dalam skala yang kecil.






BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Dalam melakukan interaksi, harus ada syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut adalah kontak sosial dan komunikasi. Disamping syarat tersebut, juga ada faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial itu sendiri, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, dan empati.
Interaksi sosial yang rendah bisa ditingkatkan dengan berbagi cara, salah satu cara tersebut adalah melalui layanan konseling kelompok. Konseling kelompok itu sendiri adalah layanan bimbingan konseling yang bertujuan untuk pengembangan pribadi  dan pembahasan & pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut. Dalam layanan ini semua anggota kelompok dapat saling berinteraksi dengan anggota kelompok lain, dengan dipandu oleh pemimpin kelompok.

4.2  Saran
Saya menyarankan agar interaksi sosial setiap individu harus selalu ditingkatkan. Karena interasi sosial sangat penting untuk melakukan proses sosialisasi. Peningkatan interaksi sosial melalui layanan konseling kelompok ini bisa menjadi salah satu cara yang dapat digunakan, tetapi juga masih banyak cara yang lain juga. Dan jangan hanya menggunakan layanan konseling kelompok ini sebagai satu - satunya cara saja, tetapi juga harus menggunakan cara – cara yang lain.













DAFTAR PUSTAKA

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Gerungan. W.A 2009. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta : Rineka   Cipta.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok ( Dasar dan Profil ). Bogor : Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES PRESS.
Winkel dan Sri Hastuti. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.





1 komentar:

  1. alhamdulillah baru ketemu pengertian ini yang dicantumkan sumbernya terimakasih, semoga bermanfaat bagi kita semua

    BalasHapus